Saya sepenuhnya percaya bahwa iman
kita-kita manusia ini kadang up down. Kalo lagi on sih getol deh sama yang
namanya ibadah. Tapi memang begitulah kodrati manusia, yang penting adalah
istiqomahnya. Nah ini saya akan menyampaikan sebuah kisah yang semoga saja
menggugah kita semua, semoga bisa meng-on-kan
terus iman kita. Hehhe.
Beberapa waktu yang lalu saya
berhasil menambahkan koleksi motivator saya. Gara-garanya beberapa waktu
terakhir saya mulai mengikuti beberapa writing contest dan ada salah satu bos
penyelenggaranya yang tidak sengaja saya temukan namanya disebuah situs
internet. Entah ini nama asli beliau atau bukan, namanya Edi Akhiles. Setau saya
beliau adalah owner sebuah penerbitan yang kita kenal sebagai DivaPress. Pernah
denger kan?
Beliau termasuk salah seorang pribadi
yang unik. Dari segi agama saya sepakat memberikan dua jempol. Setau saya
beliau lulusan Universitas Sunan Kalijaga. Kuliah disebuah bidang ilmu yang
sebenernya nggak ada kaitan dengan ilmu tulis menulis. Beliau memulai karir
benar-benar dari nol. Kata orang sih, menjadi apa kita di masa depan akan
ditentukan oleh apa yang kita kerjakan sekarang. Saya rasa pepatah itu benar. Pak
Edi pernah kok ratusan kali mengirim cerpen di berbagai surat kabar dan
ditolak, ia baru tersadar bahwa selama ini ia salah teknik dalam menulis. Alhasil
dengan effort untuk memperbaiki, sekarang pembaca senusantara bisa menikmati
karyanya.
Ada hal lain yang membuat saya
takjub. Setelah diberikan karunia Tuhan mempunyai penerbitan sendiri beliau
lantas membagikan ilmu yang dimilikinya kepada para-para kawula yang akan
merintis bidang kepenulisan ini. Beliau membuka pintu lebar-lebar kepada
siapapun yang memang bersungguh-sungguh untuk menjadi penulis. Kawula senusantara
dipersilahkan ikut. Namanya adalah Kampus Fiksi yang sampai saat ini sudah
mencapai angkatan ke tujuh (kalau tidak salah). Nah dalam kampus fiksi ini
beliau memfasilitasi semuanya mulai dari akomodasi, konsumsi dan edukasi
(ilmunya). Itu semua diberikan secara free, gratis tis tis. Padahal sekali
angkatan itu berjibun jumlahnya. Berangkat dari situ saya mulai kagum pada
sosok beliau. Tidak pelit berbagi ilmu dan mempraktikan sabda Rosul, ‘sebaik-baik
manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain’.
Dari tulisan beliau juga saya
mendapat pemahaman baru. Sebuah konteks agama, sepele sih tentang boleh
tidaknya mengucapkan natal. Kira-kira menurut agan boleh nggak? Dulu pertama
kali saya tau bahwa mengucapkan adalah dilarang saat masih SMA dari temen saya
anak Rohis, di tunjukkan olehnya banyak hadist penguat. Semenjak itu saya mulai
mengurungkan diri mengucapkan perayaan agama lain. Dalam hati saya sebenarnya
ya gimana, nggak enak. Mereka kaum kristiani mengucapkan perayaan agama saya namun
giliran mereka merayakan, saya hanya diam.
Nah Pak Edi ini menuliskan sedikit
banyak pendapatnya tentang hal itu. Ini sedikit tulisan beliau yang saya kutip:
Pada 628 M, utusan dari Biara St. Catherine,
yang terletak di kaki gunung Sinai (kini termasuk wilayah Mesir), menghadap
Rasulullah untuk memohon perlindungan. Rasulullah menyanggupi dengan memberikan
mereka piagam perlindungan tanpa syarat apa pun. Berikut bunyinya, sebagaimana
saya kutip secara utuh dari Dr. Muqtader Khan, Direktur Program Studi Islam di
University of Delaware:
“Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah,
yang berfungsi sebagai perjanjian dengan mereka yang memeluk agama Kristen, di
sini dan di manapun mereka berada, kami bersama mereka. Bahwasanya aku, para
pembantuku, dan para pengikutku sungguh membela mereka, karena orang Kristen
juga rakyatku; dan demi Allah, aku akan menentang apa pun yang tidak
menyenangkan mereka. Tidak boleh ada paksa atas mereka. Tidak boleh ada hakim
Kristen yang dicopot dari jabatannya, demikian juga pendeta dan biaranya. Tidak
boleh ada seorang pun yang menghancurkan rumah ibadah mereka, merusaknya, atau
memindahkan apa pun darinya ke rumah kaum muslim. Bila ada yang melakukan
hal-hal tersebut, maka ia melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Bahwasanya
sesungguhnya mereka adalah sekutuku dan mereka aku jamin untuk tidak mengalami
yang tidak mereka sukai. Tidak boleh ada yang memaksa mereka pergi atau
mewajibkan mereka berperang. Muslimlah yang harus berperang untuk mereka. Bila
seorang perempuan Kristen menikahi lelaki muslim, pernikahan itu harus
dilakukan atas persetujuannya. Ia tak boleh dilarang untuk mengunjungi gereja
untuk berdoa. Gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dilarang untuk
memperbaiki gereja mereka dan tidak boleh pula ditolak haknya atas perjanjian
ini. Tidak boleh ada umat muslim yang melanggar perjanjian ini hingga hari
penghabisan (kiamat).”
Jadi intinya, Rosulullah itu sangat menyayangi
dan menghargai agama lain dalam hal ini (Kristen), sangat terlihat dalam pesan
diatas. Namun kenyataannya sekarang, tiap agama terasa berjalan sendiri-sendiri
tanpa terlalu mengedepankan hal-hal sepele seperti ini. Jika umat lain tau
bahwa kita sengaja tidak mengucapkan, bagaimana perasaan mereka? Dimanakah toleransi
yang kita dengung-dengungkan itu?
Dan hal simpel yang membuat saya
mudah memahami adalah, apakah dengan mengucapkan ‘selamat natal’ berarti kita
ikut misa? Apakah jika umat lain mengucap, ‘selamat idul fitri’ berarti ikut
shalat ied? Apakah mengucap ‘selamat menikah’ berarti kita ikut menikah? Dan seabrek
ucapan selamat yang lain. Membaca kultwit dari ustadz Salim A.Fillah tentang
ini, didapatkan hasil bahwa boleh tidak mengucapkan natal di kalangan ulama pun
masih terdapat beda pendapat. Ada yang membolehkan dan ada yang tidak. Masing-masing
memiliki reason dan dalih masing-masing. Wallahualam bissawab.
…
Sengaja saya kasih titik soalnya saya
tidak ingin memperpanjang masalah itu. Postingan kali ini memang tidak saya
tujukan untuk membahas detail tentang itu. Yup, kembali lagi kepada Pak Edi. Mungkin
sudah bisa dibayangkan sosok beliau bagaimana kan? Penulis, owner DivaPress,
penggagas Kampus Fiksi, suka berbagi, memotivasi dan suka sharing-sharing agama.
Saya kagum dengan sepak terjang beliau.
Belum selesai disitu, beliau
menggagas aksi sosial lainnya seperti aksi sejuta buku gratis, 1000 Al-Quran
gratis, 3000 Iqra gratis, mungkin akan disusul dengan aksi spektakuler lainnya.
Hal ini beliau lakukan atas dasar beliau melihat juga aksi gila lainnya. Ada sekumpulan
orang yang setiap harinya rutin membersihkan masjid dengan gratis, nyuci mukena
gratis dan banyak aksi gila lainnya. Beliau nggak ingin ketinggalan ikutan
gila.
Namun satu hal yang membuat saya
tidak menyangka adalah setelah melihat beliau, karena imajinasi saya tentang
bentuk fisik beliau tidak seperti kenyataan. Wkwkwkwkwk :D. Bukan bermaksud
pegimana ya Pak Edi. Memang sih saya hanya menebak-nebak saja, belum bertemu
langsung dengan beliau. Hanya sebatas foto di blog maupun twitter. Yah pepatah
benar, don’t judge people from the cover! Secara fisik memang Pak Edi ini tidak
terlalu mencerminkan aksi-aksinya yang luar biasa. Sekali lagi mohon maaf bukan
maksud pegimana, hanya ingin menekankan don’t
judge people from the cover! Jika tidak berkenan ya maafkan :D
Gimana? Merasa low banget ya dengan
amalan kita? Sama. Kadang kita banyak obsesi sama yang namanya duniawi. Tugas kampus,
kuliah, main sama temen sampai mungkin (maaf) kadang lupa shalat. Astaghfirullah.
Namun dengan membaca tulisan sejenis ini semoga semakin mengingatkan kita bahwa
tiada yang dapat menemani kita setelah didunia ini selain amal baik. Makanya yuk
gila-gilaan berbuat baik. Masak iya mereka bisa gila, kita enggak? Lakukan sekarang
karena kita tak akan pernah tau kapan nafas terakhir kita di dunia ini. Caiyyo,
semangattt!