Sabtu, 17 September 2016

Temu Inklusi 2016 #2


Agen Braillie'iant berfoto di salah satu spot Temu Inklusi 2016
 Baiklah ini udah basi banget aku nulis ini. Tapi tak apalah, cinta aja bisa basi, masak nulis kek gini ngga bisa? Hekyaa. Tulisan sebelumnya bisa disimak di sini. Well, di hari ke dua aku banyak kegiatan luar. Aku ikut workshop tematik sesi pagi juga siangnya. Sesi pagi aku ikut yang Deteksi dan Intervensi Dini Disabilitas pada Balita. Ya yang agak sejalan sama keilmuan aku lah. Sesi itu diisi oleh Karina Kas. 

Inti dari penjelasannya kurang lebih begini. Deteksi dini memungkinkan bisa diakses bermula dari keluarga. Deteksi dini yang simpel lah. Intinya, keluarga harus yang peka. P e k a. Jangan salah, ada lho keluarga yang sampe belasan tahun menyembunyikan difabilitas anaknya. Selain malu, hal itu berdasar karena ketidaktahuan. Miris.

   Nah, selain lingkup keluarga, kader di lingkup desa juga harus proaktif melakukan deteksi dini. Kalo setaraf kader sih deteksinya pake poster tumbuh kembang gitu. Kalau udah taraf nakes pake SDIDTK/Denver. Saat itu dihadirkan pula perwakilan kader dari Klaten, asuhannya Karina Kas. Belio cerita tentang sempak terbang, eh, sepak terjang, hehe, jatuh bangun, sama pengalamannya. Seru lah.

Workshop Tematik bersama Karina Kas
Ohya, terjadi diskusi yang lumayan hangat di sini. Ada yang mengusulkan posyandu difabel lah, hingga pembicaraan terkait sharing beberapa kawan difabel tentang kisah mula mereka pertama kali menemui difabilitasnya. Ada yang karena obat, dll. Lalu di akhir sesi ada perumusan rekomendasi. Jadi rekomendasi ini nantinya akan dikumpulin dari berbagai workshop, terus bakalan dikirim ke tiap lembaga pemerintah maupun bukan yang sekiranya acceptable dan perlu.
Sesi siang aku pindah tempat di kantor Kecamatan Lendah. Di situ aku ikut pemanfaatan video untuk komunitas dari Kampung Halaman. Cocoknya sih peserta workshop kali ini ya yang seusia aku lah. Tapi nyatanya banyak yang dari kalangan sepuh, jadi ya gitu deh. Hehe. Untungnya aja 80% sesi ini diisi nonton film, jadi aman. Sayangnya, sesi nonton film ini beberapa kali diselingi pake acara mati lampu. Hiks.
Jadi gini deh, intinya KH ini bikin film edukatif tentang kampanye difabilitas. Film ini dibikin akesibel buat kawan2 difabel. Satu produk itu ada lima keping CD. Isinya sama cuman produknya beda. Satu ada yang buat kawan difnet, satunya lagi buat yang difabel rungu, satu lagi yang narasi doang, yah gitu-gitu lah. Nah yang buat kawan difnet itu filmnya kayak drama di radio gitulah. Lebih lamaan emang, soalnya kan deskripsinya mayan panjang juga. Kalo buat yang difabel rungu ada subtitlenya gitu.

Nah produk ciamik dari KH ini rencananya akan dilaunching dalam waktu dekat gitu. Dalam proses produksinya KH bekerjasama dengan apa ya aku lupa namanya, banyak lembaga gitu lah. Nah kalo ada yang tertarik main-main sama KH bisa mampir ke Jakal Jogja. Situ sekretariatnya. Oh ya, sesi ini aku bersama dengan kak Akbar (difnet) perwakilan dari Braille'iant.

Workshop Tematik bersama Kampung Halaman

Pemutaran Film Edukasi Difabel
FYI itu workshop tematik berlangsung di beberapa tempat. Mulai kantor kelurahan, SD, kantor kecamatan, hingga ruang pertemuan. Saat itu karena pake acara terlambat gabung sama rombongan, maka mencari sendirilah aku lokasinya. Ternyata jauuh dan alhamdulillah pake acara nyasar juga. Aku jadinya mampir sampe tiga tempat dulu tuh buat sampe di lokasi yang bener-bener bener.

Sore, workshop tematik selesai. Aku balik kandang, eh, stand. Berinteraksilah sama pengunjung dari berbagai latar belakang. Dan yeah kita banyak tukeran kartu nama. Ini event nasional, sayang bets lah kalo ngga nambah bribikan relasi, ya? 

Ohya, ku belum cerita seputar pameran sama bazarnya ya? Umm, semua tampil kreatif. Beberapa membuka mini games untuk menarik pengunjung. Eits, ada hadiahnya juga lho. Mayan kan. Aku suka aja banyak pesan yang tersampaikan oleh masing-masing. Ada pembelajaran tentang korupsi, kejujuran, kursus singkat bahasa isyarat, ojek difabel, cemacem lah. Concern mereka beda-beda dan aku support semua. Ohya ada beberapa UKM desa setempat yg turut meramaikan lho. Asik pokoknya.

Salah satu pengisi stand dari SPAK Jogja (Sumber Gambar)
 Oke, lalu gimana dengan Braille’iant? Jadi, kita ambil tema evolusi media bantu difnet nih. Mulai dari reaglet, mesin ketik khusus braille, sampe yang kekinian, gadget. Juga ada media montesori, alat bantu hitung buat difnet. Ohya kita ada juga papan catur khusus difnet. Dan ini yang paling banyak menarik minat pengunjung, sampe-sampe Tanteh Fleur Davies dari Kedubes Ostrali ikut main cobak. Seru bets!
Tante Fleur Davies asik bermain catur bersama kak Akbar (difnet)
 Malam hari kedua kita tutup stand cukup malem, sebelum acara panggung kesenian dimulai. Denger-denger sih ada ketoprak inklusi. Ah sayaaang bets, aku ngga nyimak. Badan merengek butuh dikasi tidur. Yasudah, yang jelas dari homestayku keriuahannya sampe kedengeran.

Pagi-pagi aku cabut dari lokasi. Yah, memang belum jatah checkout sih. Tapi ada hajat lain yang mesti aku tunaikan. Sedih sih, tapi gimana lagi. Padahal denger-denger sesi hari ketiga ini puncak keseruannya, ada jelajah desa, games, pokoknya yang gitu-gitu deh. Udah ya cukup ceritanya, biar aku ngga makin baper marin ninggal duluan. Hiks.

Emm, aku baru tau ternyata Temu Inklusi ini event dua tahunan. Mayan lama buat bisa gabung lagi. Bagi aku, ini acara banyak ngasi pelajaran juga pengalaman. Plesples lah. Coba baca deh link-link di bawah, biar kamu bersepakat sama aku kalo acara ini emang penting buat disimak.



Well, akhir kata aku pribadi mau mengucapkan terimakasih atas kesempatan, fasilitas, kemasan acara, pokoknya semuanyalah, kepada segenap panitia Temu Inklusi 2016, SIGAB, dan seluruh pihak yang tak bisa kusebut satu persatu. Terimakasih sudah membekaskan ingatan yang memorable banget. Hope can see you soon. Salam Inklusi!