Agen Braillie'iant berfoto di salah satu spot Temu Inklusi 2016 |
Baiklah ini
udah basi banget aku nulis ini. Tapi tak apalah, cinta aja bisa basi, masak
nulis kek gini ngga bisa? Hekyaa. Tulisan sebelumnya bisa disimak di sini. Well, di hari ke dua aku banyak
kegiatan luar. Aku ikut workshop tematik sesi pagi juga siangnya. Sesi pagi aku
ikut yang Deteksi dan Intervensi Dini Disabilitas pada Balita. Ya yang agak
sejalan sama keilmuan aku lah. Sesi itu diisi oleh Karina Kas.
Inti dari
penjelasannya kurang lebih begini. Deteksi dini memungkinkan bisa diakses
bermula dari keluarga. Deteksi dini yang simpel lah. Intinya, keluarga harus
yang peka. P e k a. Jangan salah, ada lho keluarga yang sampe belasan tahun
menyembunyikan difabilitas anaknya. Selain malu, hal itu berdasar karena
ketidaktahuan. Miris.
Nah, selain lingkup keluarga, kader di lingkup desa juga harus proaktif melakukan deteksi dini. Kalo setaraf kader sih deteksinya pake poster tumbuh kembang gitu. Kalau udah taraf nakes pake SDIDTK/Denver. Saat itu dihadirkan pula perwakilan kader dari Klaten, asuhannya Karina Kas. Belio cerita tentang sempak terbang, eh, sepak terjang, hehe, jatuh bangun, sama pengalamannya. Seru lah.
Workshop Tematik bersama Karina Kas |
Ohya, terjadi diskusi yang lumayan hangat di sini. Ada
yang mengusulkan posyandu difabel lah, hingga pembicaraan terkait sharing
beberapa kawan difabel tentang kisah mula mereka pertama kali menemui
difabilitasnya. Ada yang karena obat, dll. Lalu di akhir sesi ada perumusan
rekomendasi. Jadi rekomendasi ini nantinya akan dikumpulin dari berbagai
workshop, terus bakalan dikirim ke tiap lembaga pemerintah maupun bukan yang
sekiranya acceptable dan perlu.
Sesi siang aku pindah tempat di kantor Kecamatan Lendah. Di situ aku ikut pemanfaatan video untuk komunitas dari Kampung Halaman. Cocoknya sih peserta
workshop kali ini ya yang seusia aku lah. Tapi nyatanya banyak yang dari
kalangan sepuh, jadi ya gitu deh. Hehe. Untungnya aja 80% sesi ini diisi nonton
film, jadi aman. Sayangnya, sesi nonton film ini beberapa kali diselingi pake
acara mati lampu. Hiks.
Jadi gini deh,
intinya KH ini bikin film edukatif tentang kampanye difabilitas. Film ini
dibikin akesibel buat kawan2 difabel. Satu produk itu ada lima keping CD.
Isinya sama cuman produknya beda. Satu ada yang buat kawan difnet, satunya lagi
buat yang difabel rungu, satu lagi yang narasi doang, yah gitu-gitu lah. Nah
yang buat kawan difnet itu filmnya kayak drama di radio gitulah. Lebih lamaan
emang, soalnya kan deskripsinya mayan panjang juga. Kalo buat yang difabel
rungu ada subtitlenya gitu.
Nah produk ciamik dari KH ini rencananya akan
dilaunching dalam waktu dekat gitu. Dalam proses produksinya KH bekerjasama
dengan apa ya aku lupa namanya, banyak lembaga gitu lah. Nah kalo ada yang
tertarik main-main sama KH bisa mampir ke Jakal Jogja. Situ sekretariatnya. Oh
ya, sesi ini aku bersama dengan kak Akbar (difnet) perwakilan dari Braille'iant.
Workshop Tematik bersama Kampung Halaman |
FYI itu
workshop tematik berlangsung di beberapa tempat. Mulai kantor kelurahan, SD,
kantor kecamatan, hingga ruang pertemuan. Saat itu karena pake acara terlambat
gabung sama rombongan, maka mencari sendirilah aku lokasinya. Ternyata jauuh dan alhamdulillah
pake acara nyasar juga. Aku jadinya mampir sampe tiga tempat dulu tuh buat
sampe di lokasi yang bener-bener bener.
Sore, workshop
tematik selesai. Aku balik kandang, eh, stand. Berinteraksilah sama pengunjung
dari berbagai latar belakang. Dan yeah kita banyak tukeran kartu nama. Ini
event nasional, sayang bets lah kalo ngga nambah bribikan relasi, ya?
Ohya, ku belum
cerita seputar pameran sama bazarnya ya? Umm, semua tampil kreatif. Beberapa membuka mini games untuk menarik
pengunjung. Eits, ada hadiahnya juga lho. Mayan kan. Aku suka aja banyak pesan
yang tersampaikan oleh masing-masing. Ada pembelajaran tentang korupsi, kejujuran, kursus singkat bahasa isyarat, ojek difabel, cemacem lah. Concern mereka beda-beda dan aku
support semua. Ohya ada beberapa UKM desa setempat yg turut meramaikan lho.
Asik pokoknya.
Salah satu pengisi stand dari SPAK Jogja (Sumber Gambar) |
Oke, lalu gimana dengan Braille’iant? Jadi, kita ambil
tema evolusi media bantu difnet nih. Mulai dari reaglet, mesin ketik khusus
braille, sampe yang kekinian, gadget. Juga ada media montesori, alat bantu
hitung buat difnet. Ohya kita ada juga papan catur khusus difnet. Dan ini yang
paling banyak menarik minat pengunjung, sampe-sampe Tanteh Fleur Davies dari Kedubes Ostrali ikut main
cobak. Seru bets!
Tante Fleur Davies asik bermain catur bersama kak Akbar (difnet) |
Malam hari
kedua kita tutup stand cukup malem, sebelum acara panggung kesenian dimulai.
Denger-denger sih ada ketoprak inklusi. Ah sayaaang bets, aku ngga nyimak.
Badan merengek butuh dikasi tidur. Yasudah, yang jelas dari homestayku
keriuahannya sampe kedengeran.
Pagi-pagi aku
cabut dari lokasi. Yah, memang belum jatah checkout sih. Tapi ada hajat
lain yang mesti aku tunaikan. Sedih sih, tapi gimana lagi. Padahal
denger-denger sesi hari ketiga ini puncak keseruannya, ada jelajah desa, games,
pokoknya yang gitu-gitu deh. Udah ya cukup ceritanya, biar aku ngga makin baper
marin ninggal duluan. Hiks.
Emm, aku baru
tau ternyata Temu Inklusi ini event dua tahunan. Mayan lama buat bisa gabung
lagi. Bagi aku, ini acara banyak ngasi pelajaran juga pengalaman. Plesples lah. Coba baca deh link-link di bawah, biar
kamu bersepakat sama aku kalo acara ini emang penting buat disimak.
Sharing dan Apreciative Inquiry; Berita Temu Inklusi via RapllerID; Berita Temu Inklusi via Jogloabang; Pembacaan Rekomendasi Temu Inklusi; Video Vlog Temu Inklusi;
Foto-foto Temu Inklusi
Well, akhir kata aku pribadi mau mengucapkan terimakasih
atas kesempatan, fasilitas, kemasan acara, pokoknya semuanyalah, kepada segenap
panitia Temu Inklusi 2016, SIGAB, dan seluruh pihak yang tak bisa kusebut satu
persatu. Terimakasih sudah membekaskan ingatan yang memorable banget. Hope can see you
soon. Salam Inklusi!