Tulisan kali ini lahir gara-gara beberapa waktu lalu (1/3) saya ikut acara @kopdarfiksi “Memahami Genre dalam Menulis” bareng
kak @benzbara_ @cerberus404 dan @RyAzzura. Acara yang berlangsung di @milkbarID
ini seru banget karena selain dapet ilmu langsung dari sang empunya nulis juga
ada tantangan gamesnya. Penasaran? Yuk simak ceritanya!
Diawali dengan penyampaian materi
oleh @cerberus404 alias kak Yoana Dianika -penulis
buku Devil’s Game, Hujan Punya Cerita tentang Kita, Last Minute In Manhattan, and many more, bahkan beberapa karyanya udah diangkat ke layar lebar. Keren kan? Kak Yo -sapaan kak Yoana, memulai
kelas dengan mengenalkan lima genre menulis: romance, horor, misteri, fantasy,
dan science fiction. Nah apa aja bedanya? Yuk kita bahas satu-satu.
Pertama, romance. Ini adalah genre yang melulu bicara tentang
perasaan. Pembahasan tentang romance mentok sampai disini karena saya datengnya
telat. Maaf ya {{}}
Kedua, horor dan misteri. Sengaja disebut bersamaan karena kak Yo membandingkan
kedua genre ini secara lebih spesifik. Untuk genre horor, biasanya memunculkan rasa takut dan keputusasaan tokoh. Genre
ini dibangun dengan rasa takut, kejutan, ketegangan, misteri, spoiller, dan kenekatan
tokoh.
Sedangkan genre misteri biasanya
menceritakan hal-hal berbau kriminal
disertai bukti. Dibangun berupa puzzle,
sesuatu yang dicurigai, bukti tersembunyi, hipotesis, dan pengalih perhatian.
Intinya, akan ada banyak tokoh yang dimunculkan untuk mem-blurkan si pelaku. Cukup jelas kan bedanya? Sip, lanjut.
Ketiga, fantasy dan science
fiction. Dua genre yang terlihat mirip tapi beda. Genre fantasy biasanya
mengangkat hal-hal yang mustahil alias menggunakan hal-hal di
luar nalar manusia. Misalnya nih, cerita tentang kerajaan peri di filmnya The
Hobbit. Selain itu, genre ini becerita
tentang impian dan hal-hal yang melebihi
dunia, pokoknya segala hal di luar nalar manusia.
Genre ini punya lima sub genre
yakni: Epic Fantasy (ex: The Lord of The Rings), Historical Fantasy,
Contemporary Fantasy (ex: Harry Potter), Urban Fantasy (ex: Twilight), dan
Court Inrtigue.
Selanjutnya ada science fiction. Genre
terakhir ini biasanya diusung oleh para penulis dari negara-negara barat. Ciri
utama dari genre ini adalah logis.
Semua bisa dipertanggung jawabkan secara nalar. Juga merupakan perwujudan (bukan impian) dan biasanya memperluas dunia. Dibagi dalam lima sub
genre: Cyberpunk, Hard Sci-Fi, Military Sci-Fi, Space Opera, dan Parallel
Sci-Fi.
Tambahan:
*Jenis-jenis genre tidak saklek hanya pada lima genre ini saja tapi
masih ada beberapa lainnya yang tidak dibahas detail saat itu, misalnya komedi
atau pun personal literatur.
*Dalam menulis, tidak menutup
kemungkinan akan ada beberapa genre yang terlibat, tidak menjadi masalah asal
kita tetap bisa berfokus pada satu genre yang menjadi titik berat. Bisa
dibilang, genre yang lain adalah pemanis. Contoh konkretnya adalah, tidak
selamanya sebuah cerita bergenre science fiction akan bertahan seperti itu dari
awal sampe akhir cerita, adakalanya diselingi romance atau mungkin mistery.
Kalau emang ngotot dari awal sampe akhir science fiction, bisa dibilang itu sudah
bukan cerita fiksi lagi tapi jurnal ilmiah. LOL.
Gimana? Udah cukup menambah
cakrawala kepenulisan kamu kan? Semoga.
Buat kita-kita yang kemarin
ikutan nonkrong di @milkbarID keseruannya nggak berhenti di situ, kak
@benzbara_ nantangin buat ikutan games. Jangan salah, ini games bukan sembarang
games. Masing-masing dari kita harus nulis sebuah cerita berdasarkan genre yang
dipilih. Nah yang bikin seru adalah genre yang dipilih bukan atas keinginan
sendiri tapi berdasarkan undian. Eits,
ada satu hal lagi, kita juga wajib menggunakan kata ‘kunci’ sebagai keyword dalam cerita masing-masing. Jedder!
Kenyang banget kalau ntar dapet science fiction.
Well, pada akhirnya aku beneran kenyang karena dapet genre ‘science
fiction’. Duh, mau diapain tuh
‘kunci’ dalam cerita science fiction? Genre yang menurutku paling absurd untuk
dikembangkan menjadi sebuah cerita. Tapi pada akhirnya, lahirlah juga sebuah
cerita acak adul bergenre science fiction karya sendiri. Penasaran? Ini dia...
Brian licik
tersenyum. Terpuaskan pada misi yang susah payah ia taklukkan. Mencuri kunci Scredo -kunci
incaran hacker-hacker dunia. Ia lelah mengendap dalam ruang-ruang penuh sensor,
yang jika ada lalat masuk pun, alarm akan berbunyi menggaduhkan gedung berlabel
intel itu.
Senyumnya kini
semakin menggema, benda incaran ribuan mata itu kini bersemayam manis dalam
jemarinya. Kunci Scredo ini terlalu
spesial. Diliriknya benda itu, tampak berpendar, ukurannya tak lebih dari tujuh
cm. Ya, memang terlalu kecil tapi itu
mampu memberi akses apa pun yang ingin kau tau. Dengan benda sekecil itu,
jaringan belabel apa pun bisa sempurna diretas. Barang langka itu, kini menjadi
penyempurna profesinya, Brian sang hacker kaliber dunia.
...
Silahkan muntah, tidak perlu
sungkan. Saya juga barusan muntah. Hahaha. LOL. Mungkin ada yang bisa memberi
contoh science fiction yang nggak bikin muntah? Hahaha :D
Baiklah, di penghujung tulisan
ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa acara @kopdarfiksi kali ini sukses
membuat saya memahami genre-genre dalam menulis. Juga sukses memotivasi saya
untuk senantiasa semangat dalam berkarya. Kita tunggu aja ya acara @kopdarfiksi
selanjutnya =)
Salam,
@jatisetya
0 komentar:
Posting Komentar