Rabu, 04 Maret 2015

Memahami Genre dalam Menulis

Tulisan kali ini lahir gara-gara beberapa waktu lalu (1/3) saya ikut acara @kopdarfiksi “Memahami Genre dalam Menulis” bareng kak @benzbara_ @cerberus404 dan @RyAzzura. Acara yang berlangsung di @milkbarID ini seru banget karena selain dapet ilmu langsung dari sang empunya nulis juga ada tantangan gamesnya. Penasaran? Yuk simak ceritanya!

Diawali dengan penyampaian materi oleh @cerberus404 alias kak Yoana Dianika -penulis buku Devil’s Game, Hujan Punya Cerita tentang Kita, Last Minute In Manhattan, and many more, bahkan beberapa karyanya udah diangkat ke layar lebar. Keren kan? Kak Yo -sapaan kak Yoana, memulai kelas dengan mengenalkan lima genre menulis: romance, horor, misteri, fantasy, dan science fiction. Nah apa aja bedanya? Yuk kita bahas satu-satu.


Kak Yo semangat banget ngasi materi

Pertama, romance. Ini adalah genre yang melulu bicara tentang perasaan. Pembahasan tentang romance mentok sampai disini karena saya datengnya telat. Maaf ya {{}}

Kedua, horor dan misteri. Sengaja disebut bersamaan karena kak Yo membandingkan kedua genre ini secara lebih spesifik. Untuk genre horor, biasanya memunculkan rasa takut dan keputusasaan tokoh. Genre ini dibangun dengan  rasa takut, kejutan, ketegangan, misteri, spoiller, dan kenekatan tokoh.

Sedangkan genre misteri biasanya menceritakan hal-hal berbau kriminal disertai bukti. Dibangun berupa puzzle, sesuatu yang dicurigai, bukti tersembunyi, hipotesis, dan pengalih perhatian. Intinya, akan ada banyak tokoh yang dimunculkan untuk mem-blurkan si pelaku. Cukup jelas kan bedanya? Sip, lanjut.

Ketiga,  fantasy dan science fiction. Dua genre yang terlihat mirip tapi beda. Genre fantasy biasanya mengangkat hal-hal  yang mustahil alias menggunakan hal-hal di luar nalar manusia. Misalnya nih, cerita tentang kerajaan peri di filmnya The Hobbit.  Selain itu, genre ini becerita tentang impian dan hal-hal yang melebihi dunia, pokoknya segala hal di luar nalar manusia.

Genre ini punya lima sub genre yakni: Epic Fantasy (ex: The Lord of The Rings), Historical Fantasy, Contemporary Fantasy (ex: Harry Potter), Urban Fantasy (ex: Twilight), dan Court Inrtigue.

Selanjutnya ada science fiction. Genre terakhir ini biasanya diusung oleh para penulis dari negara-negara barat. Ciri utama dari genre ini adalah logis. Semua bisa dipertanggung jawabkan secara nalar. Juga merupakan perwujudan (bukan impian) dan biasanya memperluas dunia. Dibagi dalam lima sub genre: Cyberpunk, Hard Sci-Fi, Military Sci-Fi, Space Opera, dan Parallel Sci-Fi.

Tambahan:
*Jenis-jenis genre tidak saklek hanya pada lima genre ini saja tapi masih ada beberapa lainnya yang tidak dibahas detail saat itu, misalnya komedi atau pun personal literatur.

*Dalam menulis, tidak menutup kemungkinan akan ada beberapa genre yang terlibat, tidak menjadi masalah asal kita tetap bisa berfokus pada satu genre yang menjadi titik berat. Bisa dibilang, genre yang lain adalah pemanis. Contoh konkretnya adalah, tidak selamanya sebuah cerita bergenre science fiction akan bertahan seperti itu dari awal sampe akhir cerita, adakalanya diselingi romance atau mungkin mistery. Kalau emang ngotot dari awal sampe akhir science fiction, bisa dibilang itu sudah bukan cerita fiksi lagi tapi jurnal ilmiah. LOL.

Gimana? Udah cukup menambah cakrawala kepenulisan kamu kan? Semoga.

Buat kita-kita yang kemarin ikutan nonkrong di @milkbarID keseruannya nggak berhenti di situ, kak @benzbara_ nantangin buat ikutan games. Jangan salah, ini games bukan sembarang games. Masing-masing dari kita harus nulis sebuah cerita berdasarkan genre yang dipilih. Nah yang bikin seru adalah genre yang dipilih bukan atas keinginan sendiri tapi berdasarkan undian. Eits, ada satu hal lagi, kita juga wajib menggunakan kata ‘kunci’ sebagai keyword dalam cerita masing-masing. Jedder! Kenyang banget kalau ntar dapet science fiction.


Kak Bara nggak kalah semangat mandu acara
Well, pada akhirnya aku beneran kenyang karena dapet genre ‘science fiction’. Duh, mau diapain tuh ‘kunci’ dalam cerita science fiction? Genre yang menurutku paling absurd untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita. Tapi pada akhirnya, lahirlah juga sebuah cerita acak adul bergenre science fiction karya sendiri. Penasaran? Ini dia...

Brian licik tersenyum. Terpuaskan pada misi yang susah payah ia taklukkan. Mencuri kunci Scredo -kunci incaran hacker-hacker dunia. Ia lelah mengendap dalam ruang-ruang penuh sensor, yang jika ada lalat masuk pun, alarm akan berbunyi menggaduhkan gedung berlabel intel itu.

Senyumnya kini semakin menggema, benda incaran ribuan mata itu kini bersemayam manis dalam jemarinya. Kunci Scredo ini terlalu spesial. Diliriknya benda itu, tampak berpendar, ukurannya tak lebih dari tujuh cm.  Ya, memang terlalu kecil tapi itu mampu memberi akses apa pun yang ingin kau tau. Dengan benda sekecil itu, jaringan belabel apa pun bisa sempurna diretas. Barang langka itu, kini menjadi penyempurna profesinya, Brian sang hacker kaliber dunia.
...

Silahkan muntah, tidak perlu sungkan. Saya juga barusan muntah. Hahaha. LOL. Mungkin ada yang bisa memberi contoh science fiction yang nggak bikin muntah? Hahaha :D

Baiklah, di penghujung tulisan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa acara @kopdarfiksi kali ini sukses membuat saya memahami genre-genre dalam menulis. Juga sukses memotivasi saya untuk senantiasa semangat dalam berkarya. Kita tunggu aja ya acara @kopdarfiksi selanjutnya =)

Salam,
@jatisetya


Suasana seru peserta @kopdarfiksi di @milkbarID





0 komentar: