Senin, 22 Agustus 2016

Masjid Perak Kotagede

Masjid Perak Kotagede, dibuat saya rasa penasaran olehnya. Kiprah sejarahnya bikin saya kepo. Akhirnya, beberapa waktu lalu saya berkesempatan kesana. Bagi saya, Kotagede bukanlah wilayah asing. Lalu lintas sehari-hari lah. Tapi saya belum pernah sekalipun melihat ‘bleger’ itu masjid. Dimanakah gerangan keberadaannya? Tiap kali lewat daerah situ (sentral jualan perak, daerah Mondorakan), saya celingak-celinguk mencoba mengendus keberadaannya. Daaan, yaakk, saya dapati plangnya!

Deketan sama SMA Muhamadiyah 4 / Kotagede. Agak masuk, ngga pas pinggir jalan utama. Dan itu jalan masuk cuman segede upil. Mobil wasalam masuk dah. Saya kesana pas barengan jam anak-anak sekolah istirahat. Jadi rame lah. Tapi bukan masjidnya. Jalanan sekitar situ. Banyak lah agendanya. Ada yang mojok, wira-wiri, playon, dan alhamdulillah ada beberapa yang ke masjid.

Motor saya parkir di sebuah halaman kecil yang ‘mungkin’ itu tempat parkir. Agak ragu soalnya kok cuman sempit, jangan-jangan to, ya sapa tau, ada tempat parkir lain. Motor akhirnya saya sandingkan juga di situ, sebelahan dengan motor lain yang udah mandeg duluan.

Begitu masuk, saya disambut dengan tiang-tiang kuno penyangga segede bohem. Klasik nian ini masjid. Suka saya. Dan yang lebih penting, saya disambut dengan aura ‘adem’ yang syahduu banget. Nggak semua masjid punya aura kek gini soalnya. Semua rapih dan resik. Dari situ saya ambil kesimpulan, di balik itu semua (sepertinya) ada manajemen yang baik. Hehe. 

Ohya, tambahan info, kamu harus tahu satu hal, ada yang menambah nuansa artsy masjid ini, yakni mimbarnya. Dengar cerita, ini mimbar malah udah ada sebelum masjid dibangun. Mulanya, mimbar ini digunakan tiap ibadah shalat Jumat di Masjid Gedhe Mataram. Usut punya usut, akhirnya berpindah ke sini.

Bakda sembahyang, saya coba menyelami lebih jauh arsitektur ini masjid. Di sela itu, saya mendengar bebunyian tilawah. Allah.. makin adem aja. Tak berselang lama, empat bocah SMA masuk. Apa yang kemudian mereka lakukan adalah yang bikin saya melting. Jadi, mereka duduk melingkar di tengah masjid. Sema’an gitu. Ada satu lah yg jadi leadernya. Jaman Awkarin’s gini, ada yang masi nyempetin kek gitu ki sesuatu. Kapan-kapan deh cerita mengapa kok saya bisa ngomong kek gitu.



Singkat informasi dari Gugel, masjid ini berdiri ketika Kotagede dalam puncak kejayaan. Perlu diketahui juga bahwa dana yang dipergunakan untuk membangun masjid ini merupakan sumbangan dari saudagar perak setempat. Selain itu, FYI, nama Perak diambil dari bahasa Arab “Firoq” yang berarti pembeda. Pembeda dari kekotoran dan kebekuan pikir pada masa lalu, pemisahan dari kekotoran dan kebekuan berpikir pada masa lampau, dan keterpisahan kaum reformis dari keterikatan kekuasaan keagamaan kerajaan Islam dan adat. Katanya sih gitu.

Masjid ini dibangun pada tahun 1938-1939 dan mulai aktif digunakan pada tahun 1940. Sempat mengalami renovasi dikarenakan gempa 2006, namun tetap mempertahanan struktur dasarnya. Bagunan yang sekarang ini, sudah berlantai dua lengkap dengan perpustakaan, kantor, dan ruang multimedia. 

Humm.. Sayangnya, saya belum sempat berkeliling lebih jauh lagi, padahal banyak sudut-sudut ethnic yang sayang dilewatin. Lain kali. Mungkin. Sama kamu.






0 komentar: