Atas kebaikan seorang teman, buku
ini pun ditakdirkan hadir di tangan saya tentunya untuk jadi bantal tidur. Hehe. Membaca blurb dan judulnya saja, kita sudah bisa menebak buku ini pasti akan
mengisahkan sebuah perjuangan hidup yang motivasional. Perjuangan seorang ibu
dari kaca mata seorang anak, kurang lebih begitu gerutu saya. Dan, ya, memang
benar, isinya tak jauh-jauh dari itu.
Ibarat sebuah sinetron, saya
agaknya bisa menduga-duga bagaimana kisah akhir sang tokoh. Happy-tragedi
ending lah, seneng tapi tetep ada bumbu-bumbu sedihnya. Bukankah sebuah kisah
perjuangan terasa terlalu dzalim jika
bercerita lepas dari perjuangan, kerja keras, dan pengorbanan?
Maaf jika di awal ini spoiler
saya tak terbendung keluar. Tapi tenang saja, masih ada banyak hal lain yang
tentu saja menarik untuk saya ceritakan. Jujur, pembawaan penulis dalam
berkisah sangat sederhana. Sederhana yang elegan maksud saya. Dan suka saya.
Iwan tak perlu rakus menunjukkan kepiawaiannya menulis, semesta sudah mengerti
dia. Dramatisnya begini nih, Iwan ngga perlu tereak-tereak ke dunia ‘Woy gua ini penulis loh! Lihat nih karya
gua! Lihaat!’ semesta sudah duluan tereak, ‘Iya Wan, gua ngerti lu penulis. Jidat lu udah cetakan penulis, noh!’ Haha.
Gak mudeng maksudnya? Ya sudah. Itu urusanmu. Haaa.
Kisah dalam buku ini memang
diambil dari kisah nyata perjalanan hidup si penulis. Kisah seorang anak tukang
angkot yang bisa sampai ke New York. Ketika menyadari tokoh Bayek (tokoh utama)
memang ada dalam kehidupan nyata dan itu adalah representasi si penulis sendiri,
saya sampaikan salam takzim untukmu, Mz! Kamu keren! Dan, saya tunggu
traktiranmu. Hakhak!
Mengapa judulnya ibu? Karena
bukan Bapak tentu saja. Sebenarnya sih saya agak kurang setuju lantaran kisah
yang diceritakan dalam buku ini tidak melulu tentang ibu. Ada kisah perjuangan
Bapak, Bayek sendiri sebagai tokoh utama, juga tentang keluarga. Semua saling bernafas
dalam kerja keras. Jadi, mau diberi judul apa buku ini? Yo tentu ‘Ibuk’ lah,
sudah beredar se Nusantara juga kalik. Hahah.
Sebelum novel Ibuk ini, Iwan
Setyawan sudah duluan meroket dengan novel 9
Summers 10 Autumns-nya. Novel best
seller nasional yang ngehitz sejak saya SMA itu, baru berhasil saya jamah
lepas wisuda ini. Haha. Novel yang lebih duluan saya simak filmnya ketimbang
bukunya. Kisahnya sih sebelas tiga belas sama novel Ibuk ini lah. Berkisah
tentang anak supir angkot yang berhasil menjadi Director di New York. Tentu
setelah membaca (atau justru sudah) novel ini, kamu akan sepakat dengan para
juri Jakarta Book Award 2011 yang memilih karya Iwan sebagai buku fiksi
terbaik. Sila buktikan!
0 komentar:
Posting Komentar