Jumat, 22 Juni 2012

Ujian Nasional


Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini resmi secara de facto saya sudah tidak menjadi siswa SMA lagi. Tertanggal 25 Mei 2012 adalah pengumuman kelulusan ujian nasional tingkat SMA/K/MA dan sederajat se Indonesia. Kalo mau jujur sih, aku sama sekali nggak deg degan. Aku sendiri pun juga tak mengerti kenapa bisa begini. Aku tanya temen temenku sebelum pengumuman, mereka bilang, aku deg degan kih, nggak kaya SMP dulu. Bertolak belakang denganku.

Sampai aku menulis ini, aku masih nggak percaya dengan nilai yang aku dapet. Bahkan aku masih ragu ragu mempublish tulisan ini, dikarenakan aku masih meragukan nilai yang aku dapatkan. Andai ini sebuah mimpi aku tak ingin terbangun lagi. Sungguh seperti nyata dalam khayalku. Saat melihat nilai nilaiku tadi, aku nggak nyangka sama sekali, mempertanyakan apakah itu nilai murni belum di gado gado dengan nilai ujian sekolah dan yang lainnya ato udah? Itu salah cetak ato enggak? Dan pertanyaan konyol lainnya.

Flashback hari H un dulu, aku memprediksikan basing bio dan kimia adalah nilai yang paling jatuh. Dapet tujuh mah udah bersyukur banget, tapi ternyata... Allah berkehendak lain. Allah kasih lebih dari itu. Seneng bukan maen aku. Setelah menyadari bahwa itu bukan imajinasiku, aku langsung sujud syukur, aku nangis, terharu dengan kebaikan Allah. Maaflah kalo aku sedikit lebai. Bener bener ini nggak lepas dari pertolongan Allah -semata- . Terimakasih ya Allah, Engkau masih memberi kesempatan hamba untu membuat orang tua hamba bangga, selama ini hamba belum bisa memberi kebanggaan yang berarti untuk mereka.

Beberapa waktu yang lalu, ijasah telah resmi berada ditanganku, oleh karenanya aku baru 100% yakin itu adalah nilaiku. Nilai yang selama ini aku ragukan, ternyata memang itu adalah pencapaianku. Aku merasa begiu beruntung, karena Allah senantiasa memberi bahkan lebih dari yang kita minta. Sebenerrnya nilaiku yaah, nggak amazing banget, tapi bagiku itu suatu keluarbiasaan, nilai yang sebelumnya tak pernah singgah dalam anganku.

Aku ingin berbagi pengalaman dengan kalian sob, pengalamanku saat ngerjain un.
Seperti sekolah sekolah lain, dalam rangka menghadapi un pasti diadakan tryout. Kalo ditempatku  sih kalo g 3 ya 4 kali, tapi kalo di bimbel ya sering lah. Dan hasilnya pun tidak begitu memuaskan. TO 1 aku g lulus, fisika sob nilaiku mati. Saat itu aku sungguh terpukul meskipun itu hanya sebuah TO. Tapi dalam hati kubisikkan keinginan untuk bangkit, aku meyakinkan diriku sendiri bahwa ini adalah awal, ini bakal jadi penyemangat buat aku, aku pasti bisa. Next di TO selanjutnya alhamdulillah meningkat, meskipun kalo liat rangkingnya hmm, ratusan. But tak apelah, yang penting ini kemampuanku sendiri. Aku harus bersyukur.

Nah ni dia pada saat hari H un, kalo hari pertama sih lancar, yang paling bikin gimanaa gitu di hari terakhir, mapel kim bio. Saat ngerjain itu mah, buseeet nih soal apaan, belum pernah baca soal kaya gitu. Sama TO aja mudah TO kemaren. Saat benar benar dalam keadaan buntu, aku letakkan pensilku, aku hela napas panjang. Dalam hati aku bilang ke Allah, ‘yaa Allah, bantulah hamba dalam mengerjakan soal ini, hamba benar benar nggak tau ya Allah, dengan cara apa lagi hamba harus mengerjakannya, hamba serahkan kepada-Mu ya Allah’ yaa setelah itu aku tarik napas panjang dan kuhembuskan perlahan seraya menyerahkan urusanku kepada-Nya.

Aku tarik kembali pensilku tadi, aku kembali berkutat dengan soal soal tadi. Entah ini masuk akal ato nggak, beberapa jawaban yang aku mentok nggak bisa ngerjain, aku cuman liat jawabannya sembari berdoa ‘laa illahaa illaa anta subhanaka inni kuntum minnal dzalimin’, pesan temanku sebelum tes dimulai, tanganku tiba tiba menuju LJK dan melingkari salah satu option disana. Kalo mau nggak percaya ya silahkan. Aku begitu yakin dengan jawaban tanpa perhitungan itu, tapi aku hanya meyakininya bahwa itu adalah petunjuk dari-Nya.

Setelah bel tanda ujian selesai, aku sedikit senang karena ujianku udah selese, namun disisi lain aku merasa hari terakhir tidak begitu meyakinkan. Mataku sedikit berkaca kaca, dalam hatiku ada yang bilang ‘jat, ini tadi ujian nasional lo, udah final, udah selese, tapi kenapa kamu tadi nggak serius, kenapa kamu nggak persiapin dengan lebih baik, kenapa kamu ngerjainnya setengah setengah?’ Jujur ada sih sedikit kekecewaan karena aku mungkin kurang mempersiapkan dengan baik. Aku semakin menyalahkan diriku sendiri.

Aku berinisiatif sholat syukur sob, selepas dhuhur saat itu juga. Aku nangis disitu, aku berterimakasih sama Allah karena telah memberi kelancaran sama aku, aku bisa ikut un saat itu udah beruntung banget. Aku juga bilang terimakasih sama Allah karena uda bantu aku saat ngerjain soal soal itu, semuanya nggak lepas dari pertolongan-Nya.

Saat di perjalanan pulang aku makin menyalahkan diriku, karena kurang total. Tapi lagi lagi entah darimana ada suara yang bilang ke aku, ‘udahlah jat, berhenti menyalahkan dirimu kayak gitu, kamu itu harusnya banyakin bersyukur, kamu kan juga udah usaha lair batin, apa kamu pikir Allah cuman diem aja? Apa Allah nggak denger doa doa kamu? Apa kamu nggak percaya dengan kekuatan-Nya? Udah sekarang kamu harus berhenti menyalahkan dirimu, kamu mestinya bangga apapun hasilnya  nanti bakal kamu terima dengan senang hati karena itu adalah murni atas usaha kamu sendiri. Apa kamu nggak bangga dengan dirimu sendiri jat? Sekarang serahin nilai kamu ama yang di Atas. Biar Dia yang memberikan nilai, nggak ada yang nggak mungkin bagi-Nya’

Setelah mendengar suara itu aku menjadi lega, mendadak aku tersenyum lebar. Mulai sekarang aku nggak bakal pusing pusing mikirin nilai un. Itu udah bukan urusanku lagi, biar Allah dengan seluruh kekuasaan-Nya. Mendekati pengumuman entah mengapa aku tak deg degan sama sekali. Aku siap dengan apa pun dan berapa pun nilaiku. Aku bilang sama orang tua, ‘pak, buk, nanti nilai un apa pun hasilnya mohon diterima dengan senang hati, dengan ikhlas, mboh dapet tujuh ato enem pokoknya diterima ya?’ Dan ternyata orang tuaku lebih siap daripada aku, mereka telah siap dengan apapun kemungkinan yang terjadi. ‘iyalah, kamu kan udah berusaha maksimal jat’ ibuk bilang gitu, spertinya tanpa aku kasih tau pun orang tuaku sudah menempatkan dirinya dengan begitu baik.

Terimakasih buat kalian atas doa doanya, terimakasih untuk keluargaku yang banyak kasih support ke aku. Tak lupa makasih paling besar kepada Allah SWT, terimakasih yaa Allah :’)

0 komentar: