Minggu, 13 Mei 2012

3 April 2012

Adzan maghrib sepertinya akan terdengar beberapa menit lagi tak mencapai satu jam kurasa, kini aku duduk menarikan jari jariku di depan komputer mini ini. Masih terekam jelas peristiwa-peristiwa tadi siang yang kini makin membayangiku. Bukan sesuatu yang besar memang. Sejenak aku tersenyum, betapa indahnya Tuhan mengingatkan hamba-Nya dengan cara cara yang tiada terkira. Benar, hari ini aku ‘diingatkan’ oleh Allah untuk menyadari kesalahan terbesarku.

Persisnya begini, aku terlibat dalam suatu kejadian yang ternyata kurang mengenakkan, tentu saja karna ulahku. Namun pada saat itu aku sama sekali tidak menyadarinya, beberapa saat setelah ada temanku yang memberitahukan padaku, aku baru sadar telah melakukan kesalahan. Sungguh aku tak mengira sikapku tadi mampu membuat temanku sendiri bad mood, bahkan pergi. Seumur umur baru sekali itu aku liat orang marah sama aku nyampe kayak gitu.
...
Siang itu juga aku dan beberapa teman menuju ke sekolah karena ada sesuatu hal yang harus kami kerjakan. Menuju ke perpus atas, di perjalanan terbesit dalam pikirku ‘aku ingin share dengan seorang guru, aku yakin beliau pasti bisa membantuku’. Dan ternyata apa yang aku inginkan seperti memang sudah disediakan. Beliau ada dan bisa, tempat kami sharing pun plek sama persis dengan apa yang aku pikirkan.

Setelah mengutarakan masalah kepada beliau, akhirnya aku mendapatkan wejangan wejangan penting. sebenarnya masalah yang aku sampaikan bukan hanya permasalahanku  dengan seorang temanku tadi, tapi ada masalah yang lebih urgent dari itu. Aku merasa ada sesuatu hal yang seakan akan menutupi kelancaran dalam kehidupanku, namun aku tak tahu apakah gerangan.

Beliau kemudian berkata panjang lebar, point pertama adalah masalah keluarga.
Mungkin, ada sesuatu hal yang masih kamu pendam mbak dengan keluargamu, dan saya tidak tahu itu apa. Mungkin mengkomunikasikan segala permasalahan kita dengan orang tua itu tidak ada salahnya. Mungkin terkadang orang tua tidak sependapat dengan anak, namun orang tua memilih untuk diam, membiarkan anak untuk mengevaluasi diri, misalnya keinginan orang tua dengan keinginan anak dalam masalah tempat kuliah nggak sinkron, itu bisa jadi, ridho orang tua ridho Allah juga kan?

Point kedua, meminta doa restu kepada tetangga atau orang yang tidak mampu itu juga tidak ada salahnya. Memberikan sebagian rezeki yang kita miliki kepada mereka mereka yang memerlukan itu juga sangat dianjurkan.

Namun satu yang pasti yang harus mbak yakini adalah, Allah telah memberikan yang terbaik meski kadang baik itu tidak sesuai dengan keinginan kita. Jaga hati kita agar senantiasa dekat dengan-Nya. Mengkomunikasikan permasalahan kepada orang lain seperti ini merupakan salah satu cara untuk mencari jalan keluar. Yakini bahwa Allah memberikan ujian bagi kita adalah semata mata karena Allah ingin meninggikan derajat kita. Nikmatilah masalah itu, nikmatilah keresahan itu, saya yakin mbak pasti bisa.

Yah, kurang lebih begitulah yang beliau sampaikan. Namun ada lagi satu hal yang membuat saya terbengong bengong, sepertinya beliau memiliki indra ke enam, ato apalah namanya. Saat saya selesai ngomong, beliau bertanya “mbaknya rutin puasa sunnah ya?” Aje gilee dari mana beliau tau, padahal saya kagak ngomong sama sekali tentang itu?? Perasaan nafas saya juga kagak bau bau amett, sebelumnya sih beliau pernah mewanti – wanti saya untuk hal lain, dan ternyata hal tersebut pas juga. Entahlah.
...
Untuk temenku yang hari ini marah sama aku, makasih bangett dengan kemarahanmu ini aku menjadi sadar, aku menjadi tau dimana letak keegoisanku. Semoga setelah ini aku dapat meminimalisir itu, mengendalikan nafsu itu, mencegahnya agar tidak menguasaiku. Terimakasih, dan maafkan aku.
Terimakasih ya Allah untuk hari ini :’)
source pict 

0 komentar: