Kamis, 24 Mei 2012

Kini Aku Nggak Teladan Lagi


Teladan pada umumnya adalah suatu kebanggaan. Namun dalam konteks sekarang sudah berbeda maknanya bro. Teladan (baca: telatan) adalah suatu kebiasaan yang sesungguhnya tidak baik untuk dipelihara. Gimana mau dipelihara, kalo dipikir pikir nih habbit  mengundang banyak risiko.

Dulu, saat aku belum sadar, aku masih membanggakan keteladanan ini. Aku menjadikannya style, ini loh gue. Memang aneh. Tapi aku merasa begitu nyaman dengan hal ini, gimana enggak, noh habbit melekat dalam diriku sejak aku SMP berlanjut ke SMA bahakan semakin parah.

Kalo mau disibak, mungkin aku satu satunya cewek yang punya tops score pelanggaran terbanyak tingkat kelas. Kalo diitung itung, sebanyak 80% score yang aku miliki adalah buah dari keteladanan. Anehnya lagi aku masih membanggakan dan memamerkannya dengan teman teman ku yang buku scorenya masih belum ternoda. Sempet tiga hari berturut turut aku telat. Pas pelajaran guru killer aku telat pun pernah. Bicara tentang punishment? Jangan salah, aku pernah disuruh keluar belajar di perpus gara gara telat, perlu dicatat itu nggak cuman sekali. Di kerjain di depankelas, dapet tugas, jadi bahan tertawaan sekelas, seakan uddah melekat menjadi identitasku. Bahkan ada guru yang kenal aku karena keteladaananku, again.

Kalo mau tau alasan keteladananku antara lain : kepalang kereta, kena lampu merah, berangkatnya kesiangan, bensin habis, sarapannya kelamaan, de el el. Nggak mutu. Tapi jangan salah, aku juga pernah lo berangkat pagi, walopun bisa dibilang amat sangat jarang. Katakanlah setahun sekolah, aku berangkat puagi puagi buta  cuman sekali, yah lumayan.

Butt, sekarang banting stir kemudi anda karena saya sudah banyak berubah. Memang udah nggak sekolah sih, tapi aku ngujinya di bimbel. Saat pertama kali masuk, aku mendapat bisikan yang entah itu dari mana asalnya, dia bilang gini: ‘jat, kamu mau belajar snmptn, ini yang bakal jadi penentu kamu, ini jembatan emas masa depan kamu, apa iya kamu nggak serius disini, apa iya kamu nggak inget visi misi kamu, perjuangan orang tua kamu. Kalo kamu serius, kamu jangan sampe telat lagi. Waktu yang kamu miliki amat berharga, kalo kamu teladan itu mengidentifikasikan kalo kamu nggak serius, ogah ogahan, mau kayak gitu?’

Daan, setelah aku mendapati bisikan itu, aku serasa menemukan aku yang lain. Aku ingin berubah. Dan hasilnya, wadalla, alamdulillah meski belum 100% seenggaknya ini sudah sangat jauh berubah. Aku datang ke bimbel beberapa menit sebelum bel, mentok mentok sih tentornya udah masuk, tapi belum mulai pelajaran. Itu yang paling mentok. Ada sih temenku yang terheran heran, “ndengaren he jat?” aku pun hanya menjawabnya dengan senyam senyum sambil sedikit kukatakan ‘sekarang aku udah sadar’

Semoga ini akan tetap berlanjut hingga nanti. Aku ingin menghapus habbit negatif ini. Aku bisa sob, makasih ya

0 komentar: