Barusan aku nemuin seorang tukang servis arloji, umurnya belum terlalu tua, yahh kira kira 30an tahunlah. Bukan kali pertama memang, dan ia masih sama, tak ada yang berubah menurutku. Disela sela aku menunggu datang lah seorang bapak bapak bukan bapak bapak sih, kakek kakek tepatnya, mau mendekin rantai jamnya. Nah disinilah aku terkesan, masnya mendahulukan kakeknya itu sambil bilang “bentar ya mbak, delitt”
Apresiasiku disini
adalah, masnya bisa menempatkan skala priority. Servis arlojiku, emang memakan
banyak waktu, namun kalo tempatnya si kakek hanya beberapa menit selese. Memang
sih budayakan antre, tapii ini berbeda kasus bro. Itu yang pertama.
Nah ane salutnya
nih pas si kakek Tanya, berapa mas ongkosnya?’ dengan santai masnya jawab “mboten
pak, diasto mawon”
Widiihhh, ngeri
benerkan bro. dia yang profesinya benerin jam, giliran orang Tanya bayar
berapa, eee malah suruh bawa (kagak perlu bayar). La kalo dia kayak gitu,
untung apa coba dia. Kalo yang datang keluhannya sama kayak gitu opo iya nggak
bayar semua. Syukur itumah ada yang mau datang, nah kalo pas sepi??? diarr, pie
jal?
Selanjutnya kucoba
memecah keheningan dengan mencoba ngobrol, sok akrab juga sih
“mase kayae udah
lama to disini?”
“umm, udah lama
mbak. Mungkin dari mbaknya teka saya udah disini!”
Wooooww, gilak
setia banget dia ama kerjaanya. Lebih dari 12 taon brow.
“la mase rumahe
mana to?”
“saya jombang
mbak, jawa timur”
Gubrakkkkk,
gilakkk, jaoh buanget, merantau dimari buat nyari duitt”
Dari sepenggal
kisah saya ini, yuk kita sama sama merenung.
Bersyukur yang
pasti, atas apa yang kau terima saat ini. Sadarilah bahwa diluar sana masih
banyak orang yang tak seberuntung kamu. Dan juga kamu harusnya malu, mereka
yang kondisinya dibawah kamu, masih gigih bekerja, semangat. Mereka mau memberi
kepada orang yang seharusnya memberi, ikhlas dan rela. Kita yang berkondisi
lebih dari cukup, terkadang masih berat untuk merogoh kocek, memasukkan beberapa
lembar uang kita ke kotak kotak infak, kepada anak anak yatim, orang orang
miskin. Kita harusnya malu.
Namun aku lebih
malu atas sikap para para pejabat, KKN tiada henti masih meraja. Tak pernahkah
terpikirkan oleh mereka nasib orang orang cilik yang perlu uluran tangan
mereka? Disisi lain aku bangga, terharu, di jaman seperti ini masih ada orang
baik yang justru muncul bukan dari mereka yang berlebihan harta. Justru dari
mereka yang seharusnya kita perhatikan , kita beri uluran kasih, kita tolong.
Yah, semoga ini
dapat menjadi peer kita kedepan para para generasi penerus. Nasib mereka ada
dipundak kita bung :)
3 komentar:
keep posting.. saling follow ya jat :D
Ditunggu kunjungan baliknya di blog aku
okee, eh blogmu sig irfansway uwis tak follow kok, due 2 po dirimu ceng?
Posting Komentar