Rabu, 04 Juli 2012

SCIVEPIEA

scive, lengkapnya scivepiea adalah nama beken kelas aku, ipa 5 SMANSA Klaten 2012. Kita disatukan sejak kelas sebelas. Saat melihat hasil pembagian kelas, aku semakin tidak menyangka akan ditempatkan disitu. Melihat nama teman teman yang tercantum disitu serasa begitu asing. Aku nggak kenal sama sekali, melihat orangnya pun belum pernah, apalagi besok bakal dua tahun sekelas. Ahh, entahlah.

Namun nama nama yang tertera dalam kertas pengumuman itu ternyata belum final. Kelas ipa ternyata membludak sehingga mengharuskan untuk dipecah lagi. Dan akhirnya namaku tetap tertera disini, di ipa 5 bersama 31 personil lainnya.

 
Here we are:
Galang, Kotrek, Agus, Hadig, Bambang, Edi, Penceng, Momok, Imem, Iin, Purbo
Asak, Yayas, Hestuk, Galuh, Tatiek, Venti, Ayuk, Nurel, Jati, Topek
Latul, Noor, Mira, Iyan, Tifa, Yanik, Icip, Elak, Henta, Islejar
(dari kiri atas) ada satu lagi tapi g ikut Jon

Menjadi penghuni baru di ipa lima, memaksa aku untuk lebih adaptif. Namun di awal perjumpaan aku lebih memilih untuk tidak menunjukkan diriku yang sebenarnya. Aku cenderung banyak diam, mengamati pola kelakuan teman teman yang lain. Masih belum ngeh ternyata. Mereka masih pada menutup diri, masih mengedepankan gaps antar kelas. Ya sudahlah, dijalani saja. Kelas 11 berlalu tanpa ada ke’ngeh’an yang berarti.

Menginjak awal kelas 12, masing masing dari kami ternyata mencoba untu tidak malu malu lagi. Yang tadinya jarang ngobrol, udah mulai saling mengece. Yang tadinya nggak pernah ngajak maen, sekarang jadi sering, dan sejenisnya. Karakter asli dari masing masing muali terlihat, dan aku mulai menunjukkan aku yang sesungguhnya disini.

IPA 5 itu tempatnya orang orang yang sedikit mengalami kegagalan pembentukan jiwa. Nggak heran dikalangan guru guru yang menjadi perbincangan adalah ipa lima, karena yaah kau bisa tebak. Kita buat marah bahkan jengkel para guru itu nggak cuman sekali tapi berkali kali, mulai dari kelas sebelas. denger guru ngomel ngomel dikelas udah jadi sarapan yang memuntahkan. Itu sudah biasa bagi kami. Ada ada saja yang terjadi, sampe sampe ada siswa yang menguap. Kalo nggak di ipa 5 nggak ada. Gokil pokoknya.

Serunya lagi kalo ada acara makan makan. Itu menjadi hobi untuk kami. Apapun bentuknya kalo acaranya makan makan, tidak ada yang mampu menghalangi kami untuk dateng. Kadang kala tuh kok ada aja yang nraktir, enggak tau deh dalihnya dipaksa ato terpaksa.

Hal paling seru adalah saat berkunjung ke rumah temen temen, sebenernya bukan berkunjung sih, berburu makanan tepatnya. Kalo ketempat yang cewek aku udah semuanya, kalo yg cowok mah cuman beberapa. Kami berasal dari berbagai penjuru klaten. Ada yang paling barat timur utara selatan tengah tengah bahkan lintas kabupaten pun ada, itulah kami. Bhinekka tunggal ika.  Dengan begitu aku menjadi mengenal lebih dekat latar belakang mereka.

Di ipa 5 aku banyak belajar, belajar segalanya. Nggak cuman ilmu metafisik saja, namun permasalahan lain yang jauh lebih penting menyangkut pembentukan karakter. Masing masing dari kami punya sifat khas yang bisa kuteladani. Meskipun secara tak lansung memang. Alhamdulillah dalam masalah kepercayaan kita satu suara, aroma religius pun kian terasa kental disini. Setiap pulang sekolah kami menyempatkan diri untuk mengikuti pembacaan hadist barang sejenak, biasanya sih dibacakan sama tetua kelas.

Tiga tahun berlalu begitu cepat selama aku menyandang predikat sebagai siswa SMA. Padahal rasanya baru kemaren aku menginjakkan kaki disekolah ini, baru kemaren aku mengikuti mos, terasa belum lama, sungguh. Namun sekarang kita sampai dipenghujung. Akhir diciptakan untuk memulai, memulai lagi dari awal, kita terspesialisasi sesuai dengan mimpi kami masing-masing, berjuang untuk meraihnya. Yah beginilah waktu, ada kala kita dipertemukan, ada pula kita dipisahkan, secara ruang maksudku, namun hati kita tetap satu, scivepiea.
Aku masih ingat dengan selembar kertas karton yang dilukis dengan tinta warna warni, tempat kami menuangkan segala impian kami. Aku begitu ingin melihatnya sebagai catatan kertas masa lalu, karena kami telah berhasil mewujudkannya. Aku bangga dengan scive, mereka besar dengan keinginannya, aku terharu mendengar keinginan luhur mereka, aku bangga dengan jiwa sosial yang begituu tinggi, aku bangga dengan kepedulian mereka, aku berharap semoga Allah mengijinkan kami meraih dan mewujudkannya.

Suatu ketika kami mengadakan acara, yah bisa dibilang acara perpisahan, H minus beberapa hari menjelang UNAS. Memang sih tidak sepenuhnya hadir dikarenakan satu dan lain hal. Disitu kami menuangkan seluruhnya, setiap permasalahan kami, semua pecah pada saat itu juga. Tangis mewarnai ruang kelas kami. Dipenghujung acara pun kami saling berpelukan, pelukan hangat terakhir dari seorang sahabat.

Jujur, aku tak kuasa menahan air mata, menangislah sejadi-jadinya aku disitu, tak percaya behwa tak akan lama lagi waktu akan memisahkan kita. Aku belum siap, belum siap melepas ini semua, kebersamaan, solidaritas, gurauan tawa, canda, tangis, semua tersimpan dengan manis dalam memoriku. Aku peluk dengan penuh kasih dekapan sahabatku, sahabat yang dengannya aku biasa berbagi, yang dengannya aku biasa berkeluh kesah, yang dengannya aku biasa meminta bantuan, bercanda tertawa bersama. Lagi lagi karena waktu.

Aku tatap wajah sahabat sahabatku, aku peluk dia , aku ungkapkan apa yang saat itu terlintas dalam benakku,aku sangat berharap itu bukan yang terakhir. Satu demi satu ku jabat tangan mereka, tangan yang penuh dengan uluran kasih. Sejenak aku terdiam. Aku sungguh beruntung dapat bertemu, berteman dengan mereka.

Scive, tengs to you. Karena kalian aku bisa berdiri, berpijak dengan penuh kepercayaan diri. Terima kasih kalian mau menerima aku, mau mengajariku, mau membimbingku. Terimakasih kalian mau nerima aku sebagai sahabatmu, aku beruntung bertemu dan memiliki kalian :’)

0 komentar: